Breaking

LightBlog

Minggu, 17 Februari 2019

LELAKI KAMPOENG

Awal 2014 saya mengenal Bahroel Achmad. Saat itu saya masih berstatus sebagai Santri di Ponpes Hidayatullah Makassar, sedangkan dia sudah menyelesaikan pendidikan di pondok yang sama dan sementara menjalani pengabdian di daerah (Hidayatullah Enrekang).
Berjalan beberapa bulan kemudian saya mengenal Kraeng Tongka Tongka atau yang biasa di sapa (Muktar). Saat itu dia berstatus masih santri sama seperti diriku.

Persahabatan Kami terpisah sejenak setelah beberapa bulan berkenalan, ketika itu saya bertugas ke daerah tepatnya di Hidayatullah Soroako (LUTIM). Dan Muktar berangkat bertugas di Kepulauan Selayar. Sedangkan Bahrul sendiri Kembali menetap di Makassar sambil mengurus administrasi kuliahnya.
Setahun telah berlalu, Mengingat penugasan Sudah selesai, saya pun kembali ke Makassar dan berniat langsung balik ke kampung halaman (Flores- Kedang) bertemu sanak famili.
Beberapa hari Di Makassar saya hanya bertemu dengan sahabat lama (Bahrul), sedangkan Muktar masih di daerah penugasan dan sempat hilang komunikasi.
Di pertengahan tahun HP di mejaku terus berdering, saya melihat ada nomor baru, awalnya saya mengabaikan begitu saja. Besoknya HP kembali berdering Dengan nomor yang sama, akhirnya saya pun langsung angkat lalu menyapa ' Assalamualaikum, siapa Ya?
Waalaikumussalam - Hamka, ini saya, Muktar. Bla....bla....bla.....
Intinya, Kami berdua berniat untuk kuliah di Batam.
Dalam hati tiba - tiba teringat dengan Bahrul yang masih di Makassar. Hatiku bertanya-tanya, bagaimana dengan administrasi kuliahnya, apakah dia sudah memutuskan untuk Pindah ataukah masih tetap melanjutkannya di Makassar..
Tanpa pikir Panjang langsung saya menghubunginya. Sampai akhirnya diapun fiks untuk berangkat bersama kami ke Batam yang begitu Nun jauh di ujung sana.
Persiapan demi persiapan sudah mulai saya lakukan, dari hasil komunikasi bertiga, Kami akan berangkat dengan rute Jalur laut Bersama (PELNI - KM.UMSINI) begitu mendekati hari H- Nya, saya mulai menghubungi Muktar menanyakan kepastiannya untuk berangkat. Alhamdulillah dia sdah Ok. Perlengkapan dan kebutuhan lainnya Sudah selesai semuanya. Tinggal berangkat ke Makassar. (Daerah labuan bajo itu terletak di Flores. Dan salah satu tempat di Flores yang paling dekat dengan Sul-sel)
Rencana awalnya dahulu itu Muktar akan lebih awal berangkat ke Makassar. Setelah tiba di Makassar beberapa hari, baru kemudian dia dan Bahrul berangkat ke pelabuhan menunggu kapal yang saya tumpangi dari kota Kupang tiba di Makassar. Saya berangkat belakangan Bersama kapal yang akan kami tumpangi ke Batam. (Flores Labuan Bajo dan Kedang itu jaraknya sangat jauh sehingga tidak memungkinkan kami berangkat berbarengan)
Alhamdulillah begitu tiba hari H-nya semuanya di mudakan.
Saya berangkat ke Kupang (ibukota provinsi NTT) dari situ awal mimpi mulai ku ukir.
Ketika kaki mulai diayunkan masuk pintu Gerbang kapal, penumpang begitu penuh sesak dan berdesak-desakan. Sedangkan yang lain memilih untu berdiri antri dan menahan diri untuk tidak terburu-buru masuk secara paksa.
Dengan semangat dan jiwa muda saya maju dan ingin berteriak histeris agar semuanya membuka jalan untukku. Namun itu tak mungkin bisa. Sebab inilah ujian terberat dan terbesar pertama kali yang harus di taklukkan.
Jika saya tak menaklukkannya, mungkin saya akan di pijak di bawah kaki pengembara yang lain. Dan saya mungkin akan jadi debu.
Perjalanan ke makassar memakan waktu 4 hari . Namun tidak begitu terasa karena rasa Rindu pada sahabat dan cita-cita yang lebih besar dominannya dalam jiwa.
BERSAMBUNG,............

Tidak ada komentar:

Posting Komentar