Oleh: M
Hamka Syaifudin
Mahasiswa STIT Hidayatullah Batam
Mahasiswa STIT Hidayatullah Batam
“Sebaik-baik manusia adalah yang senantiasa berusaha
melakukan ketaatan kepada Allah swt dalam keadaan lapang maupun sempit, serta
selalu istiqomah menyuarakan kebenaran di jalan- Nya.” (Anonim)
Dalam menjalankan kehidupan ini
kita sebagai manusia terkadang merasa cukup untuk berbuat kebaikan. Seakan
-seakan tidak ada lagi tanggung jawab yang di embannya, padahal Allah swt
menciptakan kita adalah untuk menjadi pemimpin yang senantiasa menyampaikan
kebenaran dan menyampaikan risalah islamiyah ke penjuru dunia ini.
Berbicara tentang pemimpin
berarti ada tanggung jawab disana baik itu kepada Allah swt maupun kepada
sesama manusia.
Dalam Islam sendiri suatu hal yang perlu di jaga bersama dalam Kepemimpinan
adalah ketaatan, baik secara vertikal taat kepada Allah swt, maupun taat kepada
pemimpin, taat selama hal itu masih dalam jalur kebaikan yang tidak
memerintahkan untuk berbuat kemaksiatan.
Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an yang artinya,
“Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah
dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan)) di antara
kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah
kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah
dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.” (Q.S. an-Nisa/4: 59)
Ummat manusia kadang kehilangan
ketaatan dalam hidupnya. Mereka lebih mengedepankan kepentingan pribadi
daripada bersama. Mereka merasa sudah cukup untuk berkarya dan beramar ma’ruf.Padahal hidup ini adalah ladang untuk beramal shaleh, ketika sudah tiada nanti
maka amal shaleh itulah yang akan terus mengalir.
Oleh karena itu jika mau banyak
berkarya di dunia ini maka perbanyaklah ketaatan. Sebab ketaatan adalah Karya
hidup yang terasa keabadiannya.
Ada 3 landasan utama manusia
melakukan suatu perintah, hal Inilah yang menjadi tolak ukur komitmennya dalam
ketaatan.
Pertama: Kekuatan Materi
Inilah yang membuat sebagian
orang terpengaruh karenanya. Jika ada materi yang menjanjikan maka akan
munculnya semangat dalam jiwanya, namun jika tidak maka ia kehilangan ketaatan
dan menjadi orang-orang pembangkang.
Kedua: Kekuatan Hati.
Hal ini juga kadang menjadi
pilihan sebagian orang. Jika ia dalam keadaan lapang maka hal itu akan
melahirkan ketaatan dalam hidupnya, jika ia dalam keadaan senang hati maka
dengan spontan ia menerima amanah yang di berikan, namun jika sebaliknya ia
dalam keadaan sempit, dalam keadaan lalai, niscaya akan hilang semangat dan
gairah dalam jiwanya untuk melakukan kebaikan.
Ketiga: Kekuatan karena Allah SWT
Inilah landasan yang seharusnya
menjadi pegangan setiap manusia. Melakukan ketaatan dan amar ma’ruf semata mata
karena Allah swt. Tidak terpengaruh oleh bisikan manusia dan tak pernah
menyerah sampai darah penghabisan.
Jika demikian mari kita
bermuhasabah bersama, apa yang menjadi landasan kita selama ini dalam menjalani
kehidupan.
Jangan sampai kita kehilangan ketaatan kepada Allah swt, maupun kepada manusia. Jangan hanya banyak berbicara kebaikan namun tidak ada ketaatan tertanam dalam relung jiwa paling dalam. Semoga Allah swt memberikan kekuatan dan meluruskan niat kita dalam menjalankan amanah dan ketaatan mengabdi pada Allah swt. Ingatlah bahwa karya terbaik adalah membangun ketaatan dalam hidup ini. Wallahua’lam. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar