Breaking

LightBlog

Sabtu, 11 Juni 2016

MENDUNG ITU BERNAMA INAYAH



Wahai mendung apa kabar mu?
Qalbu ini telah lama kering menanti kabarmu
Mengapa engkau masih bisu dan tak mau bicara padaku
Apakah aku harus terus menegur mu setiap kali awan-awan berkumpul mengelilingiku
Ataukah aku harus jujur pada bintang-bintang yang mengitarimu dikala malam tiba

            Wahai sang mendung
            Dibalik awan ini aku masih dilema
            Mengapa hastrat ini selalu ingin basah dengan ketulusan kasih sayangmu
            Apakah mawar-mawar Ramadhan ini merindukan kehadiranmu
Ataukah memang tak ada lagi kesempatanku untuk menanti jawaban dari gerimis yang mengintip dibalik kaca ini

Wahai mendung jangan engkau tutupi wajahmu
Adakah engkau malu pada diri ini?
Jika ia, mengapa engkau tak berbicara agar aku dapat menahan hembusan kerinduan ini agar tak membusuk di wajahmu
Jangan engkau membuat aku berteriak di ramadhan ini
Jangan hanya  engkau menampakkan dirimu lalu pergi tanpa ada segelintir rintik menyentuh kalbuku
Sebab jika setiap hari seperti itu,  maka aku akan membelaimu dalam mendung  dan memelukmu dalam rintik- rintik kecil agar mentari tahu dan tak mau kembali bersinar selama-lamanya

            Wahai mendung dari  cucu sang adam
            Aku akan terus menantimu disini
            Menantimu dalam siang dan malam
            Sampai nanti engkau menghadirkan rintik dalam riang penuh syahdu
Sebab jika bukan karena mu maka untuk apa air mata ini luntur menyentuh bumi, untuk apa aku rela mendekapmu dibalik terik agar dirimu tak bercerai berai

Maafkan aku
Jika pena ini telah menggoresmu
Sebab mungkin engkaulah mendung yang melahirkan tinta dan kata-kata ini

Maafkan aku jika tinta-tinta ini muncrat dihadapanmu
Dan merusak warna tubuhmu yang mulus
Engkau memang mendung yang terkadang membuat aku terbang di antara selaksa siksa nurani sendiri
Kehadiran mu ramadhan in semoga dapat menumbuhkan mawar-mawar yang selama ini layu tanpa dzikir dan muhasabah


2 komentar: