
Wahai mendung apa kabar mu?
Qalbu ini telah lama kering menanti
kabarmu
Mengapa engkau masih bisu dan tak
mau bicara padaku
Apakah aku harus terus menegur mu
setiap kali awan-awan berkumpul mengelilingiku
Ataukah aku harus jujur pada
bintang-bintang yang mengitarimu dikala malam tiba
Wahai
sang mendung
Dibalik
awan ini aku masih dilema
Mengapa
hastrat ini selalu ingin basah dengan ketulusan kasih sayangmu
Apakah
mawar-mawar Ramadhan ini merindukan kehadiranmu
Ataukah
memang tak ada lagi kesempatanku untuk menanti jawaban dari gerimis yang
mengintip dibalik kaca ini
Wahai mendung jangan engkau tutupi
wajahmu
Adakah engkau malu pada diri ini?
Jika ia, mengapa engkau tak
berbicara agar aku dapat menahan hembusan kerinduan ini agar tak membusuk di
wajahmu
Jangan engkau membuat aku berteriak
di ramadhan ini
Jangan hanya engkau menampakkan dirimu lalu pergi tanpa
ada segelintir rintik menyentuh kalbuku
Sebab jika setiap hari seperti
itu, maka aku akan membelaimu dalam
mendung dan memelukmu dalam rintik- rintik
kecil agar mentari tahu dan tak mau kembali bersinar selama-lamanya
Wahai
mendung dari cucu sang adam
Aku
akan terus menantimu disini
Menantimu
dalam siang dan malam
Sampai
nanti engkau menghadirkan rintik dalam riang penuh syahdu
Sebab
jika bukan karena mu maka untuk apa air mata ini luntur menyentuh bumi, untuk
apa aku rela mendekapmu dibalik terik agar dirimu tak bercerai berai
Maafkan aku
Jika pena ini telah menggoresmu
Sebab mungkin engkaulah mendung yang
melahirkan tinta dan kata-kata ini
Maafkan
aku jika tinta-tinta ini muncrat dihadapanmu
Dan
merusak warna tubuhmu yang mulus
Engkau
memang mendung yang terkadang membuat aku terbang di antara selaksa siksa nurani
sendiri
Kehadiran
mu ramadhan in semoga dapat menumbuhkan mawar-mawar yang selama ini layu tanpa
dzikir dan muhasabah
gak usah pusing-pusing, langsung jadikan aja, biar tenang hati.....
BalasHapushehehe............aman ja bang
Hapus