oleh M Hamka Syaifudin
Wahai kehidupan.
Engkau adalah nafas-nafas yang
selalu berhembus, engkau adalah sayap sayap yang dapat menghantarkan kami
terbang kemanapun jua. Engkau adalah ladang-ladang amal bagi orang yang berburu
berkah dan pundi-pundi pahala. Engkau juga sebagai burung gagak hitam yang
menghardik kematian dalam sarang.
Wahai kehidupan.
Hari ini kami telah menyaksikan
kekejaman zaman. Kepada siapa kami berkhidmat? Hari ini kehidupan telah
melenakan dan meninabobokan setiap insan, kehidupan begitu indah dan bermutiara
dalam pikirannya, hingga hastrat dan ambisi terus melaju memburunya sampai
titik penghabisan. Kehidupan sebagai alasan untuk mencari puing-puing dolar dan
tenggelam dalam kezaliman serta
kemaksiatan. Atas nama kebebasan dan hak maka agama hanya sebagai pelarian
terakhir disaat jiwa benar-benar tersungkur diatas pembaringan.
Wahai kehidupan.
Atas nama mu lah orang-orang bebas
berterbangan bebas di gelandang dunia. Atas nama mu mereka rela bersimpuh di
sudut-sudut deker sembari menanti mentari yang akan tenggelam, atas nama mu
juga mereka rela menanam benih-benih cinta dirahin yang belum sah.
Oh kehidupan.
Memang jenuh hidup ini jika tak ada
dendang-dendang kedamaian, ibarat tanah akan tandus jika tak pernah di belai
sang hujan. Begitupun jiwa ini akan semakin gersang jiwa tak ada celupan
hidayah dan inayah dari sang Rabb.
Wahai kehidupan
Mengapa sekarang zaman begitu ganas?
Mengapa zaman kami penuh tragis dan pertikaian? Inikah tanda mu kalaw dunia
akan kiamat atau masih alarm untuk kami kembali bertaubat. Jika engkau
memberikan semenit untuk kami maka setiap detik itu akan penuh dengan tangis
dan darah muhasabah. Alangkah beruntung jika demikian. Namun sangatlah rugi
jika jiwa itu angkuh ketika diberikan nasehat, egois, dan hastrat ingin menang
sendiri mungkin sudah menari-nari dalam batinnya sejak ia di besarkan dalam
asuhan kehidupan.
Wahai kehidupan.
Asuhlah kami dalam rahim kehidupan
ini.ajarilah kepada kami tentang makna kehidupan yang menetramkan, ajarkan
kepada kami tentang Tuhan yang tak lagi di pertentangkan.
Wahai kehidupan
Berilah kami butir-butir air dzikir yang dapat mengalir lewat urat nadi ini.
Semoga ia dapat meresap sampai batin-batin kami bertasbih. Ajarkan pada kami
sebuah kehidupan yang sesungguhnya agar jerih payah ini akan bernilai di mata
sang Khalik yang mulia.
Jika esok hari telah tamat maka kami
punya tanggungjawab yang dapat meringankan langkah kami kami menuju jannah yang
idaman
Wahai kehidupan
Bukakanlah pintu pada kami
orang-orang yang menghardikmu, agar kami penuh hati-hati menyapa dirimu di
pangung gembira bertajuk pemerintahan. Mengapa mereka menghardikmu? Bukankah
kehadiranmu sudah cukup untuk menjawab laranya. Kehidupannya saja sudah sekarat
namun tak pernah mengalah demi ketemtraman rakyaknya. Oh kehidupan kemana lagi
mereka membawa mu? yang kuat makin perkasa dan yang lemah makin melarat.
Semboyan kita yang dahulu di pertaruhkan nyawa kini hanya di jadikan irama
permainan untuk pengantar tidurnya di kantor-kantor bertopeng kekuasaan.
Wahai kehidupanku
Dirimu sudah cukup dewasa maka
ajarilah kami bertata kehidupan yang baik, ajarilah kami kemakmuran tanpa ada pencitraan,
ajarilah kami keadilan yang tanpa permusuhan, ajarilah kami kesatuan yang tanpa
ada mementingkan diri sendiri. Ajarilah kami kebenaran yang tanpa liberalime agar
cahaya menuju syurga tidak terlalu berliku nan terjal hingga kami gila.
ajarilah kami kasih sayang yang tanpa ada memandang jabatan, ajarilah kami
tentang kebenaran agar kami tak tenggelam di media hoaks. Ajarilahh kami
tentang kebatilan agar mujahadah kami bisa membendungnya. Ajarilahh kami
langkah menuju syurga bersama-sama walau ada yang tercecer di siratalmustakiim.
Ajarilah kami berukhuwah atas dasar imam bukan atas dasar suku, agama, ras dan
antar golongan. Ajarilah kami menjaga silaaturrahmi agar negri ini tetap solid
dan bersatu padu dalam peradaban nusantara yang bersemboyan gema ripah loh
jinawi toto tentrem kerto raharjo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar