Breaking

LightBlog

Sabtu, 11 Juni 2016

WASIAT 2



            

Jika waktu ku telah tiba ikhlaskanlah aku pergi
Jangan pernah engkau tangisi, sebab waktu telah jeda untuk menyapa bukan karena                             keegoisan, tapi itu titah Sang kuasa
Hapuslah butir-butir air mata yang berderai di pelupuk mata indah mu
Tersenyumlah, aku harap doa dari mu selalu baik dalam diam, atau dalam menikmati sisa-sisa             senja yang bercahaya di kota karang itu

Jika nanti aku hanya sekedar nama dalam percakapan sunyi mu
Jangan engkau cerca aku yang mungkin hidup malang melintang tanpa sepeser rupiah                         mewarnai hidup mu
Ambillah hikmah kebaikan yang pernah aku lakukan
Bawalah ke tempat sampah segala kesalahan ku
Bakarlah ia bersama ceceran-ceceran sampah di sudut deker itu yang telah usang penuh                       lumut-lumut berbusuk

Jika aku benar-benar telah pergi
Aku tak mau engkau menangis dengan teriakan histeris yang biasa kau ratapi bila senja tak                 mengalunkan rindu di setiap petang itu
Jikalau engkau terus histeris pun tak mungkin aku hidup lagi
Iklaskan kepergian ini dengan penuh ketulusan mu
Lunasi hutangku di rumah bercat putih itu
Agar tidak terlalu berat aku memikul beban yang membumi

Sepeninggal aku nanti
Akan aku titipkan orang-orang yang kucintai padamu sajak
Hiburilah mereka di saat duka melanda hatinya
Dengan nyanyian-nyanyian puisi sketsa tujuh bidadari
Dalam catatan kecil kuyup basahmu

Jika mereka terlelap dalam sendu tangisannnya maka cukupalah air matanya itu yang akan                  mengetarkan tahta dibilik langit itu, dalam dekapan doa-doa yang bertasbih, dalam kalam yang             basah dan rindu aku menitip wasiat ku ini oh sajak.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar