Mendung senja ini di kota ku
Mendung yang hadir untuk menemani ombak di tepi pantai
Di wajahnyakulihat kekanak-kanakan bersemayam Yang menghitung hari untuk usianya
yang masih belia
Padahal ia juga selalu menakuti anak-anak yang berlarian disana
Bila hujan menyelimuti kota dalam darah
Senja ini kulihat mendung bertengkar di langit sana
Ia meronta-ronta tentang sajak-sajak ku yang perih
Ia bersumpah serapah dan menghardik malam
Ia mengadu tentang jiwanya ingin berpayung indah
Ia menangis agar tak lagi di cumbui
Padahal di atas pangkuannya ku lihat rintik-rintik terpelihara
Dan ia pun tersungkur menghibah diri di bumi
Agar seribu lelaki tak perlu memikirkan cinta lagi untuknya
Ia ingin hidup dalam kebaktian
Tetapi bukan atas nama cinta
Ia ingin memahkotai sanak family nya selamanya
Tanpa peduli tentang hidup dan cinta yang berperang di senja hari.
Senja ini mendung di kota ku
Ku lihat ia pulang dengan wajah menghardik
Entah siapa yang salah di batinnya
Hingga ia ingin merayakan kebahagiaan itu sendiri
Katanya hidup dan cinta itu tak akan pernah bersama
Maka ku tenggelamkan wajahku
Agar ia hidup di dunianya tanpa ada sajak yang melukai
Dan kekanak-kanakan itu pudar hingga malam berlalu
Mendung senja itu bertahta di kota ku
Ia menjawab hastratku yang penuh penantian
Kini ia ku dengar bisikannya Syahdu dan penuh kelukaan
Berdering kencang memecahkan irama hati
Dan aku lihat ia seperti kehilangan cinta
Hingga memecahkan senja dengan kelukaan
Cinta baginya telah pulang
Dan berkembara tanpa arah
Maka kurebut dan kuasuh kembali sajak ku
Hingga kelak ia tertimpa kata dan tertidur dalam kayalan bersama cinta.
Esok yang terang di wajahnya akan kutemui senyuman
Entah untuk menghardik atau mencintai
Pulanglah saja mendung
Berlarilah senja ini agar catatan ini tak pernah ada judul yang mengelabuiSenja di batam, 16/04/2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar