Sebuah pepatah mengatakan, semut di
seberang dapat kelihatan tapi gajah di pelupuk mata tidak tampak. Pepatah ini
menganalogikan bahwa sering manusia lebih pandai menilai kelebihan dan
kekurangan orang lain. Tetapi mengenali kelebihan dan kekurangan diri sendiri
adalah sebuah pekerjaan sulit dan sering diabaikan manusia.
Allah SWT berfirman, Kami akan
perlihatkan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan Kami di segenap ufuk dan dari
pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Quran itu adalah
benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup bagi kamu bahwa sesungguhnya Dia
menyaksikan segala sesuatu? (Al-Fusilat:53)
Ada pula hadis yang walahualam
shohih atau tidak mengatakan “Siapa yang kenal dirinya akan Mengenal
Allah"
.
Dari firman Allah dan hadis di atas
dapat kita simpulkan betapa pentingnya pengenalan terhadap diri sendiri. Allah
telah menunjukkan kekuasaan-Nya dalam diri manusia. Kemudian dilanjutkan oleh
hadis nabi, siapa yang mengenal dirinya maka ia akan mengenal Tihannya. Artinya
bila seseorang mengenal dirinya maka ia akan memikirkan penciptaaan dirinya.
Siapa lagi yang menciptakan manusia kalau bukan Allah SWT.
Sering manusia tidak mengenali
dirinya sendiri, tidak tahu dari mana ia berasal, siapa yang menciptakannya,
untuk apa ia hidup dan akan kemana ia setelah meninggal. Maka tidak heran
banyak manusia yang mengabaikan dirinya bahkan tidak segan menyiksa dirinya
sendri untuk mendapatkan kepuasaan sesaat.
Manusia terdiri dari tiga unsur,
ruh, jasad dan jiwa. Ketiganya mempunyai peran yang tidak bisa dipisahkan.
Jasad tanpa ruh ibarat sebatang pohon yang mati, layu dan gersang. Binatang
memiliki jasad dan jiwa, tetapi ia tidak memiliki ruh. Manusia jelas berbeda
dengan binatang. Dan Allah telah melebihkan manusia dari makhluk ciptaa-Nya
yang lain, manusia dikatakan sebagai makhluk yang paling sempurna.
Apakah kesempurnaan ini menjadikan
manusia berfikir?. Tidak perlu dulu tentang yang lain, tetapi berfikir tentang
penciptaanya. Berfikir tentang hakekat dirinya. Tentang jasad sempurna dan
sebaik-baik bentuk yang diciptakan Allah untuknya. Tentang jiwa dan ruh yang
tidak tampak tapi mengendalikan hampir seluruh keputusan yang diambil manusia.
Manusia adalah makhluk paling
sempurna yang diciptakan Allah dimuka bumi ini. Ia memiliki kombinasi sifat
syetan dan malaikat. Salah satu sifat tersebut bisa mendominasi kehidupan
manusia. Jika sifat syetan yang mendominasi, maka ia akan berprilaku seperti
syetan. Dia menjadi manusai yang jahat, pendendam, sombong, angkuh, penipu
ingkar kepada Allah, dan sifat buruk lainnya. Sebaliknya jika sifat malaikat
yang mendominasinya, maka ia menjadi manusia yang baik, taat dan tunduk kepada
Allah.
Walaupun jika didominasi oleh kedua
sifat itu, tidak pula lantas manusia akan menjadi syetan atau malaikat. Dia
tetaplah manusia, hanya saja prilakunya yang tampak seperti syetan atau
malaikat.. Manusia bebas memilih, prilaku manakah yang menjadi keinginanya.
Pilihan itu hanya bisa diambil jika manusia tahu mengenai dirinya, baik
kelebihan maupun kekuranganya, sifat buruk maupupun sifat baiknya.
Jika tidak menggunakan akalnya, bisa
juga manusia berprilaku seperti binatang, yang hanya hidup untuk kepentingan
perutnya saja. Tapi kadang kala manusia lebih buruk dari binatang. Jika
binatang hanya memenuhi kebutuhan perutnya hari itu saja. Tetapi manusai tidak,
kadang sudah terpenuhi kebutuhan perutnya untuk beberapa tahun ke depan, tetap
saja terus menjajah dan merampas sesuatu yang bukan menjadi haknya. Kita tentu
tidak ingin seperti binatang, apalagi lebih renda dan parah dari binatang.
Dari mana awal
mulanya diri ini?
Dalam Al-Quran dikatakan, bahwa kita
hanyalah seonggok jasad yang berasal dari air mani yang hina. Tidak ada satu
tanganpun di dunia ini yang mampu menciptakan manusia. Jika kita sadar akan
hakikat diri kita, bahwasanya kita adalah makluk yang lemah, jika Allah tidak
menolong kita, kita bukanlah apa-apa dan bukan pula siapa-siapa.
Wahai manusia! Jika kamu masih dalam
keraguan tentang hari berbangkit, maka (pikirkanlah) bahwa Kami menciptakan
kamu (dengan proses yang pada mulanya):
a. dari tanah,
b. kemudian dari setetes air mani,
c. kemudian dari segumpal darah
(yang membeku),
d. kemudian dari segumpal daging
yang sempurna kejadiaanya dan (ada pula) yang tidak sempurna agar Kami jelaskan
kepadamu (betapa hebatnya ciptaan Kami),
e. kemudian (daging yang segumpal
itu) Kami tetapkan dalam rahim menurut kehendak (aturan) Kami sampai waktu yang
ditentukan (lebih kurang 9 bulan),
f. kemudian Kami keluarkan kamu
(dari rahim ibumu) sebagai bayi,
g. kemudian kamu meningkat dewasa,
h. (kemudian) ada diantara kamu yang
diwafatkan (waktu masih kuat bertenaga) dan ada pula sampi tua bangka, sehingga
ia tidak ingat apa-apa. Dan (sebagai bukti berbangkit pula) kamu melihat bumi
kering gersang, kemudian apabila telah Kami sirami dengan air (hujan), bumi itu
hidup dengan subur kembli menumbuhkan beraneka ragam tumbuh-tumbuhan nan indah
menawan. (QS. Al-Hajj:5)
Sesungguhya kita dapati diri ini
dalam kesesatan dan kejahiliyahan, kemudian Dia beri kita petunjuk.
Sesungguhnya kita dapati diri ini dalam kegelapan, kemudian Dia beri kita
cahaya. Sesungguhnya kita dapati diri ini dalam kebingungan, kemudian Dia beri
kita jalan keluar. Sesungguhnya kita temui diri ini dalam kelemahan iman,
kemudian Dia beri kita keteguhan. Sesungguhnya kita dapati diri ini dalam
kehinaan dan kerendahan, kemudian Dia beri kita kemuliaan dan izzah serta
iffah.
Sesungguhnya kita dapati diri ini dalam kebodohan, kemudian Dia beri
kita lentera ilmu. Sesungguhnya kita dapati diri ini dalam keadaan telanjang,
kemudian Dia beri kita pakaian.
Jika begitulah proses kelahiran
kita, lantas mengapa kita menjadi lupa diri? Menjadi manusia yang tidak tahu
diri? Menjadi manusia yang melupakan hakikat penciptaan diri kita, kita
hanyalah berasal dari seonggok tanah dan pasti akan kembali ke tanah. Siapun
orangnya, rakyat jelata atau pejabat tinggi negara, cantik atau jelek, lahir di
barat maupun di timur. Kita terlahir dalam keadaan sama, derajat kita sama di
hadapan Allah SWT, Zat yang menciptakan kita.
Kadang kita tidak segan menyiksa
diri sendiri dengan mengabaikan hak-hak jasad, ruh dan akal. Yang paling sering
dilupakan adalah hak ruh. Seperti sebuah tanaman yang tidak pernah disiram,
lama-lama akan layu kemudian mati. Begitu pula jika ruh tidak pernah diberi
makanan yang bergizi, tidak pernah disuapi vitamin iman, suatu saat akan
gersang, dan tidak mustahil kelak akan mati. Bila ruh sudah mati, maka tidak
akan ada lagi fungsinya jasad. Jasad akan tinggal seonggok jasad. Kematian ruh
adalah awal dari kesengsaraan hidup di dunia dan akhirat.
Mengenal Allah.
Mungkin kita pernah bertanya,
“Adakah Allah, dimanakah Allah” jaawabanya singkat sekali, Allah ada dan sangat
dekat degan kita. Lebih dekat dari urat nadi kita sekaipun. Dia tidak pernah
tidur, tidak akan pula mati. Jika kita kembali kepada hadis yang telah
disebutkan di atas, maka pengenalan terhadap diri dan Allah adalah sebuah
rangkaian yang tidak bisa dipisahkan, karena menurut hadis tersebut, “Barang
siapa yang mengenal dirinya maka ia akan mengenal Tuhannya.”
Mengapa kita harus mengenal Allah?
Dengan mengenal Allah akan memberikan banyak kebaikan, diantaranya, ketenangan,
meningkatkan iman dan taqwa. Pengenalan kita kita dengan Allah akan menumbuhkan
rasa cinta kepada-Nya. Dengan kekuatan cinta itu kita menjalani segal
perintah-Nya dan menjauhi segal larangan-Nya.
Banyak cara untuk ma’rifat (kenal)
dan mahabbah (cinta) kepada Allah.. Diantaranya menurut Dr. Irwan Prayitno
dalam buku kepribadian muslimnya adalah dengan akal dan fitrah, pendengaran dan
penglihatan, alam semesta, binatang, manusia dan hewan, pengenalan jiwa serta
mukzizat.
Dalam sebuah perjalanan panjang kita
dapat melihat alam semesta terbentang indah, tersusun rapi. Siapakan yang
membentangkan dan menyusun itu semua. Adalah tangan manusia mampu melakukannya
jika tidak ada Zat yang melakukannya?
Terlalu banyak sarana untuk mengenal
Allah, hanya saja sejauh mana keinginan kita mengenal kebesaran Allah. Memang
Allah tidak mungkin dilihat secara fisik, tetapi kebaradaanya dapat kita
rasakan dalam setiap tarikan nafas kita.
Mengenal diri
sendiri
Tiada orang yang mengenal diri kita
kecuali kita sendiri ! Apabila kita melihat ke dalam diri dan belum menemukan
sesuatu yang sesuai, maka sebenarnya kita sedang mencari identitis Coba
renungkan sejenak tentang beberapa hal berikut ini:
Dari mana anda datang?
Kemana anda pergi?
Apakah tujuan anda berada dalam
dunia fana ini?
Apakah sebenarnya bahagian dan
apakah sebenarnya derita?
Apakah kekuatan anda?
Apakah kelemahan anda?
Apakah cita-cita anda?
Apakah kehendak anda?
Apakah kekuatan andada?
Jika kita mampu menjawabnya, maka
dapat dikatakan kita mengenal sepenuhnya diri dan hakikat kehidupan kita. Tapi
tidak jarang manusia amat kesulitan menjawab pertanyaan itu. Kita perlu
menyediakan waktu sejenak mererungi keberadaan kita, mengenali tidak saja
secara fisik diri kita, tetapi juga segala faktor eksternal dan internal diri
yang akan menghantarkan kehidupan kita kepada sebuah titik terbaik tidak saja
di dunia tetapi juga di akhirat.
Cobalah menganalisis secara jujur
perilaku, tabiat dan kepribadian kita. Hati nurani akan berkata jujur. Bila
kita temukan kekurangan tidak ada salahnya kita mencoba memperbaiki diri.
Bertanya kepada orang lain merupakan langkah yang positif untuk mengenali lebih
jauh diri kita. Penilaian kita dan orang lain akan membantu kita menjadi
manusia yang mendekati kepada sifat malaikat.
Memperbaiki dan senantiasa melakukan
perubahan adalah sebuah keniscayaan dalam hidup ini. Karena perubahan tidak
selalu memperbaiki sesuatu, tetapi untuk menjadi lebih baik kita mesti berubah.
Proses pengenalan diri tidak boleh berhenti pada sebuah titik jenuh. Tidak ada
batasan dalam tempat ruang dan waktu. Kenalilah terus diri kita, temukan segala
potensi dan kekurangan.
Sadari hakikat keberadaan diri kita
di dunia. Jika kita memahami itu semua, maka mata hati kita akan mudah terbuka
mengenali Rabb yang menciptakan kita.Tidak ada lagi hijab yang aka nmebatasi
ruang diskusi kita dengan–Nya. Yang ada adalah bagaimana kesungguhan kita
memanfaatkan segala potensi yang ada dan meminimalisir segala kekurangan untuk
tetap dekat dengan Allah, mengapai cinta-Nya, bekerja ikhlas untuk-Nya. Insya
Allah kehidupan kita tidak akan sia-sia. Kita aka nmenjadi manusia yang
produktif, prestatif, inovatif.
Maroji: dari
berbagai sumber.
Yesi Elsandra
kafemuslimah.com


Tidak ada komentar:
Posting Komentar