Ah, dasar lelaki
bodoh
Untuk apa takut dengan malam
Memang terkadang malam itu menyanyikan lagu tanpa melodi
Tetapi ia adalah bagian dari penggalan waktu yang tak
mungkin lapuk
Terkadang malam juga
yang menghantarkan do’a mu dalam mimpi
Doa yang di sebut seribu satu malam
Ah, dasar lelaki
bodoh
Hidup selalu berkembara mengitari bumi
Tetapi takut dengan curahan hujan yang mengalirkan darah
Untuk apa engkau takut
Bukankah ia juga selalu engkau pinta dalam sujud mu
Ah, dasar lelaki bodoh
Hanya ingin bermesra di bawah mentari
Mengapa tak kau coba mengundang mendung
Agar dapat membasahi jiwa mu yang membara itu
Mengapa engkau tak mencicipi rintik-rintiknya
Mungkin disitu engkau dapat menikmati mata air syurga
Yang di titip lewat mendung yang pulang di setiap senja itu
Ah, dasar lelaki bodoh
Mengapa di setiap hembusan nafas mu selalu memecahkan kaca
Padahal engkau sangat merindukan kedamaian di balik bilik
itu
Mengapa engkau berani mengundang mendung yang tertawan itu
Jika akhirnya berlari pontang-panting menabrak angkasa
Dan menenggelamkan diri sendiri dalam wajah mendung yang
bertata rias anggun
Ah, dasar lelaki bodoh
Setiap saat ingin menikmati jamuan mimpi indah
Tetapi juga mengutuk dirinya sendiri kala malam tak terlelap
Hidup memimpikan sang pemilik payung di tanah melayu
Tetapi malah memenjarakan dirinya diatas kebisuan dan duka
Ah bodohnya lelaki itu
Kini ia benar-benar merindukan mendung dalam khayalannya
Tetapi ia tak sudi membeli pernak pernik untuk mengeringkan
airmatanya
Mungkin baru ia sadar kalaw seribu satu malam tak cukup
untuk bercumbu bersamanya
Sebab ia hanyalah lelaki kota karang yang lahir tanpa atap
biru
Dan hanya bagian dari awan yang bertasbih di tanah melayu


Tidak ada komentar:
Posting Komentar