Oleh: M Hamka Syaifudin
Mahasiswa STIT Hidayatullah Batam
ISLAMPOS.com
- Sesekali
pergilah ke puncak gunung yang tinggi, lalu saksikan panorama
keindahannya. Apakah engkau akan begitu mudah menikmati sesuka hatimu atau
harus membutuhkan perjuangan dan pengorbanan yang super ekstra?
Kemudian setelah itu perhatian dengan seksama pohon yang tumbuh di hadapan
mu. Semakin ia tumbuh dan berkembang apa yang engkau saksikan? Apakah ada
angin yang menerpa tubuhnya ataukah tidak?
Mengapa ia semakin tinggi semakin kencang juga anginnya. Itukah yang
kita namakan hukum alam?.
Apa makna sederhana yang dapat kita ambil?
Pertama. Terkadang dalam hidup ini selalu saja ada pujian-pujian untuk
kita, baik itu tujuannya memotivasi atau kadang juga hanya sekedar mengolok dan
mencaci. Sehingga jangan sampai kita merasa lengah dengan pujian-pujian
tersebut.
Pujian-pujian itu sebenarnya adalah ujian bagi kita untuk selalu merasa
rendah di hadapan Allah swt. Tidak dibayangkan sekiranya Allah swt membuka aib
kita kepada semua manusia di dunia ini, mungkin hidup yang lama sekali pun tak
akan punya arti.
Kedua: Ketika kita dianugerahi rezeki oleh Allah SWT, kehidupan terasa
begitu indah, rasanya kita seperti ingin terbang dan menikmati selamanya. Namun
berhati-hatilah, sebab pohon yang semakin tinggi maka angin pun semakin kencang
menerpa tubuhnya.
Ketika kita hendak menggapai bintang di langit, tentu banyak sekali
rintangannya, namun jangan pernah merasa lelah dan mengalah, maju terus sampai
bintang itu ada dalam genggaman.
Orang-orang besar juga pernah gagal, namun mereka punya kemauan untuk
berbenah diri untuk menjadi yang lebih baik. Mereka fokus dengan masa depannya,
sehingga sekencang apapun angin menerpa mereka tetap kokoh diatas tasbih-tasbih
yang mereka lafadzkan dalam sebuah komitmen.
Oleh karena itu janganlah terpedaya oleh pujian manusia. Sebab dibalik
keberhasilan kita bisa jadi sudah ada jutaan orang di belakang yang siap
menjatuhkan kita
Namun banyaklah meronta-ronta dalam doa, Jadikan diri mu
dikenal penduduk langit dengan tangisan mu, dekaplah malam-malam yang
sunyi itu dengan dzikir dan bermuhasabah. Bawalah perbendaharaan mu kepada Sang
Maha Kuasa agar ia dapat mencurahkan berkah atasnya.
Dengan demikian separuh dari perjalanan dunia ini punya arti untuk ummat
dan manusia pada umumnya.
Bila kelak pujian itu benar -benar ada maka ia akan menampakan
dirinya. Dan jika cercaan dan hinaan itu ada pasti akan Allah swt buka
untuk di saksikan. Sehingga antara kebenaran dan kebatilan tak bisa berjalan
bersama, kebatilan akan kembali kepada si pemgumpat, sedangkan kebaikan
akan terbang menikmati indahnya kehidupan dan berbagi
kemuliaan. Wallahua’lam. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar