Aku pernah memeluk asmara di musim
hujan
Kupeluknya atas nama rindu
Kini ia hanya lembaran-lembaran
kertas putih
Yang di muntahkan dan di usik dalam kesunyian
Aku pernah melihat asmara dalam
cangkir wajah permata
Namun kini ia tumpahkan bersama
tinta kepedihan
Aku pernah melihat asmara di awan
biru
Kini ia di pijak dalam pawai
karnaval airmata
Tembok-tembok hanya menjadi
pelampiasan duka
Dan ia pun membela diri bagai bisu
Hingga kata tak dapat tenggelam di
terminal bus kota
Hawa panas bumi terpanggang di
ubun-ubun
Lalu aku memeluk rindu bagai
fatamorgana
Rindu telah berterbangan mencumbui bohorok
Hingga debu-debu asmara yang di
peluk tak lagi atas nama cinta
Oh pulanglah rindu
Ku peluk kau hari ini
Bukan sebagai kawan
Bukan sebagai kekasih
Bukan sebagai rindu
Kupeluk kau karena kau bagian dari
mimpi ku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar