Di pantai melayu ini ada sajak-sajak
indah mengendarai ombak
Gemuruhnya memenuhi ruang kalbu sang
kembara yang menanti sang kekasih.
Aduhai,,,,,, itu dia syair mu
Kekasih berbalut cadar diatas
samudra biru
Berkata batinnya, bukan itu. itu
hanya beberapa penggalan bait saja, ia tak bernada, ia takut melihat wajahmu,
ia takut memberi hastratnya untuk dicumbui, ia juga sayap-sayap patah dan
wajahnya penuh gerhana.
Ia indah karena diasuh di tanah
melayu. Ia indah karena bagian dari aliran darah konglomerat tanah melayu ini
jua. Andai ia hidup di pekarangan rumahnya sekarang mungkin ombak-ombak ini
yang akan menenggelamkan wajahnya kedasar lautan.
Wahai jiwa bagaimana dengan ku?
Aku tahu engkau pandai bernyanyi
disetiap resahku. Lalu bagaimana aku berdendang?
Dasar lelaki cengeng. Peliharalah
saja hatimu. Semegah apapun istana yang kau bangun akan runtuh jika hatimu tak
dapat terpelihara.
Memang ia yang selalu kau puja
tetapi saat ini biarkan ia mengendarai ombak dan berpetualangan mengitari
impiannya. Ia juga masih muda dan berhastrat menaklukkan dunia.
Biarkan ia sendiri di tanah melayu
ini. Biarkan ia bercermin sendiri wajahnya di rembulan malam ini. Biarkan ia
pasang surut di negri ini.
Kelak ia sendiri yang akan menangis
membasahi jubahmu. Biarkan ia berhias seelok-eloknya di pantai melayu. Biarkan
ia menabrak anganmu disaat petang kembali dari perantauan.
Wahai sang kembara. Bila kelak
engkau rindu padanya maka tenggelamkan saja hatimu di jembatan barelang. Bila
kelak ia menjebak mu dalam kelambu kasmaran maka ajaklah ia berlari-lari
seperti sai’i menuju pelaminan.
Siapapun punya mimpi, dan biarkan
saja mimpi itu mengalir lewat bait-bait qolam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar