Aduhai mendung
kini engkau hadir di saat terik membakar kalbu ku
engkau bersolek indah menanti dendang yang di tabu
oleh sang petir
aduhai mendung
engkau telah menjelma dalam lamunanku di bawah terik
nafas ku bergelombang melihatmu menari-nari di pinggiran
aviari
engkau bersandar pada dipan-dipan yang hampir lapuk
oleh badai asmara
engkau memotret ku dengan kaca mata hitam yang
berbalut rindu
aduhai mendung
bila itu engkau yang menari
maka izinkan aku menerobos lampu merah ini
sebab setahu aku engkau adalah butir-butir yang penuh
syahdu
aduhai mendung
indah memang gulungan cadar itu berlabu di tepian
wajahmu
engkau memang pantas untuk hadir disini
kota yang mati oleh cinta dan terbakar oleh amarah
duhai mendung
dalam diam mu bukan aku yang bertanggungjawab
sebab aku sadar kata-kata ku hanya bagai rintik yang
mengiringi mu
tetapi mahligai kalbu yang ku harap bertasbih diatas
malam-malam yang permai
aduhai mendung
diam mu aku bisa tenggelam dan risau
berbicarahlah walau kata-kata itu kau tarik di saat
sudah tak lagi merindukan pelaminan suci bersama ku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar