Breaking

LightBlog

Minggu, 25 Desember 2016

CATATAN AKHIR TAHUN SANG KEMBARA (bagian 1)


Oleh : M Hamka Syaifudin

Assalamualaikum wr.wb

Sahabat blogger yang saya banggakan.
Tiada terasa sudah setahun perjalanan hidup kita. hidup yang menyimpan sejuta kenangan dan impian. Ada duka lara di setiap hembusan nafas, ada juga senyuman meriah di setiap tatapan mata. Semua punya warna yang selalu menghiasi kehidupan ini.

Di akhir tahun ini saya ingin menulis beberapa bait kata yang sederhana. Kata yang mungkin akan berakhir jadi arang tetapi ada baiknya juga jika saya menyalakannya dari sudut pandang seorang kembara tanpa arah. Walau agak perih dan malu tetapi itulah kehidupan, ia akan selalu mengajarkan kita tentang dirinnya, ia selalu membawa kita pada arah anak-anak, remaja bahkan dewasa. Ia akan tetap mengawal dan menggendong kita kedalam pelukannya. Maka saya merasa perlu untuk berbagi. Karena walaupun arang itu panas tetapi dapat menghasilkan masakan yang lezat untuk di santap.( begitulah kira-kira..............hehehe).

Saya juga agak bingung memulai tulisan ini dari mana. Karena pengalaman ini terasa tak banyak arti sebab terasa kebanyakan garamnya dari pada bahan yang akan di santap.( hehe.......jadi lapar ni ).

Di penghujung tahun 2015 menjadi awal yang sangat bersejarah dalam hidup saya. Saat itu saya sudah meninggalkan kota karang dan berlayar ke kota daeng( bugis-makassar). Sungguh, begitulah kalaw nasib yang berbicara. Dalam benak yang masih belia ini saya merasa sangat tertekan dan seakan terusir dari negri sendiri. Mungkin sebagian dari teman-teman sudah berpengalaman merantau jadi tidak terlalu berkesan. Tetapi bagi saya itu bukan sekedar terusir tetapi juga hukuman bagi saya yang selalu menganggap remeh sebuah kesuksesan. Saya belajar banyak tetapi malas mengamalkannya. Saya banyak mendengarkan nasehat kebaikan tetapi saya seolah-olah orang yang tuli hati dan telinganya. Saya meninggalkan kota karang penuh dengan rintik-rintik air mata sebab kelamnya malam selalu menebarkan buhul-buhul sihir jahat.

Waktu itu semakin cepat berjalan hidup saya pun terasa semakin terbebani dengan kepergian sang bunda yang juga bagian dari belahan hidup saya. Walau bunda itu bukan yang melahirkan saya tetapi atas dasar cinta nya lah saya hidup dengan penuh senyuman. Ia hanya ibu tiri tetapi kasih sayang yang ia ajarkan pada saya terasa ketulusannya sangat mendalam.

Kepergiannya sang bunda itu menjadi pukulan telak bagi saya. Kepergian yang begitu sangat cepat dan tak terasa terompah maut itu bertamu. Ia hadir bagai semilir angin yang berhembus penuh perasaan. Kepergian sang bunda juga menambah beban kepada saya karena harus mengurus adik-adik yang masih sekolah di kota karang. Mereka pun masih memendam rindu yang sama. Mereka pun tertekan dengan keadaan. Sampai-sampai tenggelam dalam air matanya sendiri. Mereka merasakan rintik-rintik hujan penuh darah itu mengalir dalam urat nadinya. Saya merasakan itu karena sudah tiga tahun terakhir mereka belum sama sekali pulang ke rumah untuk bertemu sang bunda.

Namun demikian, Sebagai orang yang beriman kepada Allah swt harus mengambil ibrah(pelajaran) dari padanya. Saya yakin ini lah caranya Allah mengajarkan pada saya tentang sebuah kehilangan cinta sejati. Allah ingin menguji seberapa besar cinta itu untuk diri-Nya.

Di kota seribu kubah itu( makassar) saya setiap saat selalu termenung diatas bukit kecil di samping masjid. Saya melihat keindahan menara-menara masjid itu yang berdiri dengan kokohnya. Rasanya, ya Allah ingin saya kirimkan salam untuk adinda-adinda ku yang jauh di pelupuk mata. Ingin rasanya saya terbang kembali ke kampung halaman untuk berbagi duka yang sedang bernari-nari tanpa nada di hati ini. Tanpa sadar air mata turut hadir dalam kesepian ku. Ia hadir untuk menemaniku saat hati ini sudah gelisah dan rindu yang membara. Di atas bukit itu saya baringkan tubuh mungil diatas bebatuan besar sambil tenggelam menikmati lantunan murottal syech musyari rasyid yang di putar setiap waktu shalat lima waktu di masjid. Oh Allah indahnya......
.
Kota daeng ini mengajarkan begitu banyak pengalaman pada saya. Tugas saya waktu itu hanya mengorek-ngorek butir sampah yang berkeliaran tanpa izin di wilayah pesantren. Setiap saat bertemu dengan kotoran-kotoran yang selalu memenuhi tempat sampah besar disana. Namanya juga tugas jadi tetap saya kerjakan. Ketika sambil memungut butir-butir sampah terbetik dalam hati saya bahwa hidup itu indah jika selalu berada dalam ketaatan. Walau tugas yang kita emban tidak sesuai dengan nurani kita tetapi yang terpenting adalah hati dan jiwa kita selalu terlindungi dalam kebaikan dan peribadatan pada Allah swt.

Dan alhamdulillah pertolongan Allah selalu datang bertubi-tubi pada saya. Begitu banyak sahabat dan teman-teman yang semuanya punya kepedulian dan kasih sayang. Hidup di sana terasa seperti kekerabatan dan persaudaraan muhajirin dan anshar. Indahnya terasa seperti menikmati mentari yang tenggelam dalam lamunan dan impian di pantai losari. Sungguh kota yang sejuk dan teduh di bawah atap-atap iman para insan.

Kurang lebih 2 tahun di makassar saya pun ingin melepaskan rindu. Rasa hati ini untuk pulang bertemu dengan sanak family dan handaitaulan. Dan alhamdulillah semuanya di mudahkan oleh Allah swt. Saat itu kutatapi wajah-wajah tua yang setiap saat memerah keringat dan airmata duduk bersimpuh penuh tangisan. Ya Allah wajah-wajah ini yang selama ini rela terbakar di bawah mentari demi untuk kami anak-anaknya hidup. Mereka kita telah tua dan tak berdaya. Ya Allah kuatkan mereka agar hamba bisa membuat mereka terbang dengan masa depan yang cemerlang. Ya Allah kokohkan hati mereka agar saya bisa turut merasakan perih batinnya membesarkanku. Ya Allah bukakanlah pintu maaf mu untuk kami anak-anaknya yang selama ini khilaf dan terjerumus dalam kebangkangan. Ya Allah bukakanlah bagi mereka pintu rezeki mu, agar keringat dan airmatanya dapat terbayar dengan beberapa kepingan dolar itu. Ya Allah satukan kami di syurga mu selama-lamanya.

BERSAMBUNG............................................................................

GALERI








































































Tidak ada komentar:

Posting Komentar