Sudut kota ini adalah warna dari wajah-wajah yang merobek kabut
Sudut kota yang dilumuri bau dupa dan kemenyan saat mentari di
cemooh
Padahal disini banyak syair-syair yang bisa di ajak untuk bernari
Sejak merak kembali ke peraduannya aku tersihir untuk berdendang disini
Lagu-lagu yang bergema seakan kalah dengan seuntai kabar tentang mendung
yang berselimut di kota ini
Kata mereka disinilah mendung itu bersemayan
Mendung itu memahkotai jiwanya dengan prosa dan seuntai syair yang
akan membuat para pengelana tertidur dalam lamunannya
Ah, rugi rasanya jika aku pergi senja ini
Sebab aku penasaran dengan melody dan syair dari mendung itu
Namun aku tetap ragu jika mendung tak menerimaku untuk bermalam di
kota kecil ini
Maka lebih aku akan berhias menanti kepulangannya di saat senja ini
menyapa separuh wajah barelang.
Walau ia tak pernah melihat ku tapi aku akan mendekapnya erat dan
menunggu bait-bait kehidupannya yang ia pelajari dari NTB
Dan aku akan mencumbuinya sampai mendung itu benar-benar
menumpahkan kesyahduan mahligai
Wahai sang mendung
Sampai kapan aku mengitari kota kecil ini
Memang benar aku anak pengelana tapi janganlah engkau membuat aku
beralari-lari mengejarmu
Jangan engkau membuat aku bahagia diatas imajinasiku yang gila ini
Cukup saja engkau hadir membawa beberapa syair untuk ku
Setelah itu engkau boleh pergi dengan kuyup bayah yang akan
menenggelamkan perempatan lampu merah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar