Wajah mungil itu benar benar mendidih setelah secangkir ego
ku melumuri nya
Wajah penuh keteladanan namun terlalu berhastrat memeluk
malam
Bayang-bayangnya terlalu bosan dan muak untuk ku cicipi
hidangannya
Aku pun bingung mengapa sepahit
ini hatiku
Aku pun bingung mengapa malam ini
aku muntahkan kesalku
Walaupun ada hastrat serakah
diwajahnya namun ia santun bernyanyi
menghibur duka dan penari sejati yang hadir membelah riak gelombang
Aku benar-benar bersalah, namun siapa yang pantas mendengarkan
aku
Siapa yang pantas bersamaku dalam paduan airmata
Siapa yang pantas untuk kucurahakan linangan ini
Sebab mendung di sekitarku semua telah buta dan tak mau
bersua
Lebih baik aku lampiaskan pada wajah mungil yang menari
malam ini
Agar aku bernafas sedikit lega
Walau batinnya yang menangis dalam darah sukma teramat perih
Aku benar-benar
bersalah, namun pada siapa ku cucurkan kisah ini
Pada
siapa yang rela memangku kala aku
benar-benar menangis
Pada
siapa ku berteduh disaat air mata banjir
mengitari sekolan di sudut kota
Pada
siapa yang berhak?
Maafkan aku malam ini wahai wajah mungil
Memang perih dan sakit, tetapi biarikanlah aku sedikit
beranafas lega
Jika bukan kepada mu pada siapa lagi, sebab harapanku telah lari dan senja pun sudah
wafat
Maka maafkan aku wahai wajah mungil. Aku minta maaf, aku
mencerca diri ku yang penuh aib dosa
Hanya
dengan malam lah aku bercerita walau ia tak hiraukan dukaku
Semoga dengan malam aku dapat
meraih kembali jiwa ku yang pergi berkelana tak menentu hingga aku yang
menderita menanggung bebannya
Wahai malam bantulah aku
Hiburilah aku, sebab malam ini aku benar-benar menanggis
Aku benar-benar mati
rasa, hanya engkaulah yang dapat memberikan harapan untuk mengembalikan
sebongkah hatiku yang remuk dan tumpang tindih karena nirwana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar