Breaking

LightBlog

Jumat, 28 Oktober 2016

LELAKI TANPA JUDUL


Ada lelaki yang kini mengejar asa
Lelaki yang ingin memupuk senyuman di balik bilik kehidupan
Lelaki yang tak ingin berteduh dibawah genangan duka
Lelaki yang kadang menjual hati demi seperempat suap dari janji belai kasih
Lelaki yang pergi tak kenal waktu untuk sebuah senyuman masa depan
Lelaki yang tak rindu lagi dengan senyuman mendung
Sebab mendung terkadang hadir tetapi tak bersua dan berirama

Lelaki itu kini terus besemayam diatas purnama
Lelaki itu selalu mengabarkan senyumannya pada semesta di akhir pekan
Namun terkadang ia sendiri yang mengutuk purnama
Sebab purnama terlalu anggun menutupi wajah indahnya dibalik cadar
Tetapi batinnya sendiri terkoyak oleh hembusan angin tak bersuara

Lelaki itu kini ingin memanggil kedamaian
Lelaki itu kini berlutut dibawah naungan senja yang meratap imbalan
Lelaki itu kini berambisi menelan isak tangis dan dukanya sendiri tanpa ada kata yang mengalir deras begitu saja
Lelaki itu kini ingin merasakan kehidupannya sendiri
Hidup untuk menyembah purnama ataukah lari dari kejaran purnama
Dilema batinnya bergelora dan hangus dalam rasa
Semua tentang kehidupan selalu menghadirkan sajak yang tak berujung damai
Tapi semua tentang nasib tak  selalu berujung nestapa
Lebih baik muntahkan saja isi batin dalam wadah yang menganga
Agar mendung tak lagi bersuara
Agar mendung selalu menghadirkan wajahnya dari balik purnama
Ia hanyalah lelaki biasa yang punya hastrat diujung sifat segan
Ia hanyalah lelaki yang membekukan suasana hati kala mentari malu dan pergi
Dan semua laki-laki dalam pengembaraan selalu memimpikan mendung untuk megundang butir-butir airmata rindu
Tetapi bukanlah waktunya kita membahas itu
Biarkanlah sajak ini tanpa jeda dan terputus tanpa menemukan sajak akhir.
Karena terlalu letih sudah ia memenjarakan malu diatas segalanya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar