Senja kita hadir menemani sebuah kesedihan
Yang kadang tak patut kita undang menemani kata yang basah
Segumpal kisah masa lalu adalah syair-syair kita
Yang pergi pulang tak kenal waktu
Tapi ia adalah bagian dari kita yang akan meneguk segelas mimpi esok hari
Senja kita lahir dari jerih payah dan kepanasan jiwa
Maka tak patut kita menyerah di jalan ini sebelum burung merak menitip
salam
Andailah kata itu terlalu pahit tuk ditelan, nikmatilah saja sebagai
penawar rindu
Toh, mentari pasti terbit esok hari membelai kasih
Senja kita adalah kata dari bait-bait do’a
Yang penuh ratapan dan keperihan yang membeku
Mungkin bagi mu hanyalah fatamorgana tak bertuan di padang sahara
Tetapi Ia adalah kami, yang mengalir bersama dalam darah dan air mata
Haruskah engkau harus melihat lingan air mata ini banjir disudut-sudut
kota,
untuk membuka tabir kegelisahan dan keakraban murkamu itu?
Tunggulah tuan, kami akan membawa pulang senja bila waktunya tiba
Nantikan kami dari balik bilik kegoisanmu, hingga kami benar-benar pulang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar