Breaking

LightBlog

Kamis, 19 Mei 2016

SURAT UNTUK SEPOTONG SENJA II

SURAT UNTUK SEPOTONG SENJA II
oleh: M Hamka Syaifudin
Add caption
Hari ini Aku ingin engkau tahu kabar ku Ma’. Kabar kota yang penuh dengan kebisingan dan pertengkaran di saat lampu-lampu malam mulai bergulir di padamkan.
Malam ini Ma’. Aku telah mencium aroma yang telah layu puja-puji nya. Aroma kekerabatan yang dulu terhias di kelam malam agar kerlip tasbih gemintang diangkasa tetap berkumandang. Kini hanya menjadi sebuah cerita yang menyatiki hatimu.
Ma’. Aku telah mendengar jeritan tangis dan duka hatimu saat mereka semua di sudut ruang menikmati eloknya dunia yang tiada bertepi. Aku tahu Ma’ apa arti sebuah air mata itu. Tetapi aku tak mau jika hidup hanya di kekang nafsu untuk merajai alam yang nista dan hinadina ini.
Ma’. Aku tahu jeritan dan tangis yang engkau tumpahkan padaku. Jeritan yang ingin melekat di seluruh tubuhku agar beban yang membumi itu tak terlalu perih untuk di nikmati.
 Memang benar Ma’. Katamu. Semenjak malam berakhir bergulir engkaulah wanita paling tabah di dunia yang pernah ku kenal dan ku cintai. Sebab ku tak melihat ada satu desahan nafaspun yang engkau hembuskan melainkan keteguhan dan senyum yang terus membelai para putra-putrimu, walau dibalik itu ada air mata mu yang selalu mengalir deras dan hanya untuk kau nikmati.
Ma’ apakah engkau takut membagi duka laramu padaku?  Apakah engkau tak ingin kami pun berderai air mata sepertimu? Ma’. Apa rahasia ketabahanmu di balik semua ini. Bukankah engkau tahu aku kini telah dewasa. Mungkin aku dapat menghapus sebutir duka dan air matamu yang penuh keperihan itu.
Ma’ kini Aku pun masih ingat cerita mu. cerita tentang mentari yang selalu membakar nuranimu setiap saat. Mentari yang penuh murka dan sombong kala anak-anakmu ingin menawarkan sepenggal cahaya untuk hidup. Mungkin saat ini masih adakah cerita itu, ataukah cerita itu kini yang menimpamu. sebab sepertinya itulah batinmu yang berbicara mengungkapkan kepenatan dan gairah hidup yang sudah tak bersahabat lagi.
Ma’. Berbagilah cerita itu padaku. Tumpahkan ia kewajah dan tubuhku yang masih muda ini agar ku bisa tahu betapa susahnya hidup ini. Mengapa engkau takut dan hanya membalas dengan airmata. Semoga dengan itu  Aku akan mencoba belajar tegar walau itu hanya dari mulut yang belum sepadan dengan hidangan duka yang telah engkau nikmati. Adakah engkau hanya ingin sendiri menikmati kisahmu, ataukah engkau hanya memarkirkan kisah itu agar tidak menjadi warisan turun temurun, ataukah engkau ingin mengadu hanya pada Sang Rabb lewat ratap tangismu itu. Itulah yang belum Aku mampu menerjemahkannya.
 Terkadang Aku berfikir mengapa hidup ini penuh airmata. Mungkinkah ada obat disana yang disediakan gratis untuk menjadi penyembuh luka. Ataukah telah layu zikir-zikir dari para pe mengembara hingga duka nestapa seakan menjadi selimut tidur malam. Ataukah murka dan dendam dari kehidupan ini yang belum punah dan tenggelam membahana di semesta angkasa sana. Hingaga rasa-rasanya derita selau ada dan abdi bakti untuk hidup ini.
Lewat surat ini Aku ingin bersajak dan mencoba menjawab tutur kata dunia yang sudah renta ini yang mungikn sangat ego dan menggangu tidur malam mu
Ma’. Ketahuilah bahwa semua yang ada di dunia ini akar berakhir dan musnah. Tidak akan ada sesuatu pun yang dapat memberikan ketenangan dan ketabahan melainkan kedekatan kita dengan Sang pemberi kehidupan. Terkadang kita menginginkan suatu permainan dan senda gurau dan tetapi terkadang ia selalu berakhir dengan saling membenci dan saling mencaci. Sebab semua nya itu tidak berlandaskan aqidah dan keimanan. Semua berjalan diatas nafsu dan ambisi, hingga yang lemah itulah awak yang akan terus mengendarai kedukaan dan pelipur lara.
Ma’. Dunia tidak pernah menjanjikan kebahagian. Mungkin ia hanya menawarkan kesenangan semata bagi mereka yang di perbudakkkan kemewahan dan harta benda yang belum tentu barokah dan halal. Nikmatilah jalan hidup ini Ma’. Walau dibalik tirai itu selalu ada duri yang menusuk, walau ada kata yang selalu menikam, walau ada ancaman yang menakitkan hati, walau ada air yang menenggelamkan. Tersenyumlah pada dunia sebab ia kini sudah renta yang hanya menunggu hari esok, lusa dan kemudian hari akan kembali juga mengeluarkan segala kedukaan itu untuk di panggang dan hancur leburkan. Tersenyumlah......  sebab tidak ada satu duka dan bahagiapun didunia ini melainkan sudah ada yang menetukan, dan Allah tahu kalaw kita mampu menjawab duka dan airmata itu...........
Jadilah kita sebagai para pengembara. Singgah mengambil bekal dan akan melanjutkan perjalanan lagi....................
Hanya Pada pemilik dukalah kita berpinta dan bersujud agar IA sudi membelai dan mengasihi jiwa dan nurani yang kosong dari kemuliaan hidup ini.........

Ma’. Doa kami tak akan kering untuk mu..............................Aku Mencintaimu karena Allah dan Rasul Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar