SURAT UNTUK SEPOTONG SENJA II
oleh: M Hamka Syaifudin
oleh: M Hamka Syaifudin
Add caption |
Hari
ini Aku ingin engkau tahu kabar ku Ma’. Kabar kota yang penuh dengan kebisingan
dan pertengkaran di saat lampu-lampu malam mulai bergulir di padamkan.
Malam
ini Ma’. Aku telah mencium aroma yang telah layu puja-puji nya. Aroma
kekerabatan yang dulu terhias di kelam malam agar kerlip tasbih gemintang
diangkasa tetap berkumandang. Kini hanya menjadi sebuah cerita yang menyatiki
hatimu.
Ma’.
Aku telah mendengar jeritan tangis dan duka hatimu saat mereka semua di sudut
ruang menikmati eloknya dunia yang tiada bertepi. Aku tahu Ma’ apa arti sebuah
air mata itu. Tetapi aku tak mau jika hidup hanya di kekang nafsu untuk merajai
alam yang nista dan hinadina ini.
Ma’.
Aku tahu jeritan dan tangis yang engkau tumpahkan padaku. Jeritan yang ingin
melekat di seluruh tubuhku agar beban yang membumi itu tak terlalu perih untuk
di nikmati.
Memang benar Ma’. Katamu. Semenjak malam
berakhir bergulir engkaulah wanita paling tabah di dunia yang pernah ku kenal
dan ku cintai. Sebab ku tak melihat ada satu desahan nafaspun yang engkau
hembuskan melainkan keteguhan dan senyum yang terus membelai para
putra-putrimu, walau dibalik itu ada air mata mu yang selalu mengalir deras dan
hanya untuk kau nikmati.
Ma’
apakah engkau takut membagi duka laramu padaku?
Apakah engkau tak ingin kami pun berderai air mata sepertimu? Ma’. Apa
rahasia ketabahanmu di balik semua ini. Bukankah engkau tahu aku kini telah
dewasa. Mungkin aku dapat menghapus sebutir duka dan air matamu yang penuh
keperihan itu.
Ma’ kini
Aku pun masih ingat cerita mu. cerita tentang mentari yang selalu membakar
nuranimu setiap saat. Mentari yang penuh murka dan sombong kala anak-anakmu
ingin menawarkan sepenggal cahaya untuk hidup. Mungkin saat ini masih adakah
cerita itu, ataukah cerita itu kini yang menimpamu. sebab sepertinya itulah
batinmu yang berbicara mengungkapkan kepenatan dan gairah hidup yang sudah tak
bersahabat lagi.
Ma’.
Berbagilah cerita itu padaku. Tumpahkan ia kewajah dan tubuhku yang masih muda
ini agar ku bisa tahu betapa susahnya hidup ini. Mengapa engkau takut dan hanya
membalas dengan airmata. Semoga dengan itu Aku akan mencoba belajar tegar walau itu hanya
dari mulut yang belum sepadan dengan hidangan duka yang telah engkau nikmati.
Adakah engkau hanya ingin sendiri menikmati kisahmu, ataukah engkau hanya
memarkirkan kisah itu agar tidak menjadi warisan turun temurun, ataukah engkau
ingin mengadu hanya pada Sang Rabb lewat ratap tangismu itu. Itulah yang belum
Aku mampu menerjemahkannya.
Terkadang Aku berfikir mengapa hidup ini penuh
airmata. Mungkinkah ada obat disana yang disediakan gratis untuk menjadi
penyembuh luka. Ataukah telah layu zikir-zikir dari para pe mengembara hingga
duka nestapa seakan menjadi selimut tidur malam. Ataukah murka dan dendam dari
kehidupan ini yang belum punah dan tenggelam membahana di semesta angkasa sana.
Hingaga rasa-rasanya derita selau ada dan abdi bakti untuk hidup ini.
Lewat
surat ini Aku ingin bersajak dan mencoba menjawab tutur kata dunia yang sudah renta
ini yang mungikn sangat ego dan menggangu tidur malam mu
Ma’.
Ketahuilah bahwa semua yang ada di dunia ini akar berakhir dan musnah. Tidak
akan ada sesuatu pun yang dapat memberikan ketenangan dan ketabahan melainkan
kedekatan kita dengan Sang pemberi kehidupan. Terkadang kita menginginkan suatu
permainan dan senda gurau dan tetapi terkadang ia selalu berakhir dengan saling
membenci dan saling mencaci. Sebab semua nya itu tidak berlandaskan aqidah dan
keimanan. Semua berjalan diatas nafsu dan ambisi, hingga yang lemah itulah awak
yang akan terus mengendarai kedukaan dan pelipur lara.
Ma’.
Dunia tidak pernah menjanjikan kebahagian. Mungkin ia hanya menawarkan
kesenangan semata bagi mereka yang di perbudakkkan kemewahan dan harta benda
yang belum tentu barokah dan halal. Nikmatilah jalan hidup ini Ma’. Walau
dibalik tirai itu selalu ada duri yang menusuk, walau ada kata yang selalu
menikam, walau ada ancaman yang menakitkan hati, walau ada air yang
menenggelamkan. Tersenyumlah pada dunia sebab ia kini sudah renta yang hanya
menunggu hari esok, lusa dan kemudian hari akan kembali juga mengeluarkan
segala kedukaan itu untuk di panggang dan hancur leburkan. Tersenyumlah...... sebab tidak ada satu duka dan bahagiapun
didunia ini melainkan sudah ada yang menetukan, dan Allah tahu kalaw kita mampu
menjawab duka dan airmata itu...........
Jadilah
kita sebagai para pengembara. Singgah mengambil bekal dan akan melanjutkan
perjalanan lagi....................
Hanya
Pada pemilik dukalah kita berpinta dan bersujud agar IA sudi membelai dan
mengasihi jiwa dan nurani yang kosong dari kemuliaan hidup ini.........
Ma’.
Doa kami tak akan kering untuk mu..............................Aku Mencintaimu
karena Allah dan Rasul Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar