Hari ini terasa ada salju yang
mengubur jiwaku
salju yang datang atas nama rindu
hingga terpaksa aku serahkan tubuh
ini kedalam pelukannya
Padahal saat itu aku sedang tak
ingin bercumbu dengan kesepian
Saat
tubuhku dalam pelukannya rindu
Aku
merasakan belaiannya itu benar-benar
tulus
Belaian
rindu yang datang mewakili pelangi keindahan
Belaian
yang datang atas nama rintik-rintik hujan saat mendung merobek manja selat air
mata ku
Dan
rindu yang hadir ketika semesta ingin menelan mentari yang bernari ditepian
barat
Kini rindu itu kemana,
Mengapa ia pergi tanpa pamit?
mengapa tak lagi ku temui ia dalam khayalku
Aduhai rinduku
Adakah engkau ditelan senja ini
Ataukah engkau masih terlelap di
pangkuan singgasana yang bernama cinta
Hingaa kau buatku dahaga dan
kekeringan tanpa roh
Adakah
manusia juga seperti rindu
Hadir
untuk melukis cinta diantara insan namun juga menghilang tanpa kabar
Pergi
Seperti diterba badai, namun muncul kembali disaat seperangkat alat shalat
berdentingan disudut masjid raya
Jika
seperti itu terus menerus maka biarkan saja aku menikmati saja dahaga ini
Biarkan
saja aku kekeringan tanpa roh, dari pada kehadiran sesaat dan pergi
selama-lamanya tiada kabar
Bila
rindu itu datang maka akan ku hadirkan cinta untuk membunuhnya
Bukan
selama-lamanya, tetapi hanya untuk alasanku menyendiri lagi
Pergi lah saja selama-lamanya wahai rindu
Dan
bila kau kembali ku harap itu hanya berita duka
diatas pembaringan menghadap sang Ilahi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar