Batin zulaikha terus merintih dan
memohon agar hari-hari yang penuh penderitaan segera berakhir. Dan dalam
kesendirian malam Zulaikha pun terjaga mengharapkan impian itu datang karena
malam diciptakan untuk orang-orang yang sedang jatuh cinta, untuk menjaga
rahasia mereka. Waktu malam adalah saat terindah bagi para kekasih.
Ketika malam menjelang zulaikha
menghadapkan wajah-wajahnya kearah dinding kesedihan, menyandarkan punggungnya
sambil menangis seperti lingkingan gitar. Tetesan air matanya menjelma menjadi
senar-senar putih diatas gitas itu, memainkan senandung nestapa.
Berkata zulaikha : wahai permata
mulia. Dari pertambangan manakah dikau datang berasal? Lihatlah diriku
menebarkan mutiara-mutiara bening ini karena mu. engkau telah menculik hatiku
tanpa mmberitahu siapa dirimu dan dimanakah gerangan engkau berada?
Aku tak tahu nama siapa nama mu
hingga aku bisa menyebutnya ribuan kali sebagai wirid ritualku. Aku tidak tahu
dimanakah engkau tinggal agar aku bisa bertawaf mengelilinginya sepanjang
hidupku. Aku pun tidak tahu kepada siapakah aku tanyakan namamu. Dan akupun
tidak tahu kepada siapakah aku tanyakan tempat tinggalmu.
Jika engkau seorang malaikat, maka
beritahulah kepada ku siapa nama mu. kalau engkau adalah rembulan maka
katakanlah padaku dimana tempat tinggalmu. Sungguh tidak seorang pun pernah
menjadi tawanan cinta seperti aku. Kedua tanganku tidak sanggup lagi memegang
hatiku dan juga tidak tahu siapa pemilik hati ini.
Aku telah melihat bayang-bayangmu di
malam itu, bayang-bayang yang telah mencuri ketenanganku hingga aku tidak
pernah bisa terlelap dalam tidur malam. Bayang-bayangmu telah membuat darah
jernih ini mengalir dari mata dan hatiku. Ragaku luluh, hatiku terombang
ambing, terbakar api cintamu, tanpa dapat aku padamkan.
Semula aku adalah sekuntum mawar
mekar yang segar menebar keharuman air keabadian. Tidak ada angin yang
melancang menerpa tubuhku. Tidak pula duri yang menusuk telapak kakiku, tetapi
, dirimu datang bukan untuk menerima penyerahan diriku kepadamu, tetapi untuk
mencampakkan aku kedalam kehancuran dan menanamkan ribuan duri di dalam hatiku.
Padahal engkau tahu bahwa tubuhku lebih lemah dari sekuntum mawar, tidak
mungkin aku terus tidur diatas ranjang berduri seperti ini.
Demikianlah Zulaikha menghabiskan
malam-malamnya sampai saat dini hari datang menjelang. Itulah pengaduan yang
dihaturkan diatas talam airmata kepada bayang-bayang kekasihnya. Bila mentari
siang datang menyapa, dengan segera dia menyeka airmatanya, demi menghindari
prasangka buruk orang. Saat dia dapati kedua bibirnya basah oleh embun darah
yang turun semalaman, maka dia menggosoknya dengan lidah yang mengering dan
kaku seperti batu. Tetapi, diatas bantalnya dia menebarkan daun-daun mawar yang
telah berembun untuk menyegarkannya, sebagaimana dia menyerahkan jiwanya yang
telah disegarkan oleh impian akan sebuah ketenangan pohon cemara yang berwarna
perak.
#Cinta kontroversial Yusuf dan
Zulaikha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar