Breaking

LightBlog

Jumat, 10 Februari 2017

KETIKA ZULAIKHA MERINDUKAN YUSUF


Batin zulaikha terus merintih dan memohon agar hari-hari yang penuh penderitaan segera berakhir. Dan dalam kesendirian malam Zulaikha pun terjaga mengharapkan impian itu datang karena malam diciptakan untuk orang-orang yang sedang jatuh cinta, untuk menjaga rahasia mereka. Waktu malam adalah saat terindah bagi para kekasih.
Ketika malam menjelang zulaikha menghadapkan wajah-wajahnya kearah dinding kesedihan, menyandarkan punggungnya sambil menangis seperti lingkingan gitar. Tetesan air matanya menjelma menjadi senar-senar putih diatas gitas itu, memainkan senandung nestapa.
Berkata zulaikha : wahai permata mulia. Dari pertambangan manakah dikau datang berasal? Lihatlah diriku menebarkan mutiara-mutiara bening ini karena mu. engkau telah menculik hatiku tanpa mmberitahu siapa dirimu dan dimanakah gerangan engkau berada?
Aku tak tahu nama siapa nama mu hingga aku bisa menyebutnya ribuan kali sebagai wirid ritualku. Aku tidak tahu dimanakah engkau tinggal agar aku bisa bertawaf mengelilinginya sepanjang hidupku. Aku pun tidak tahu kepada siapakah aku tanyakan namamu. Dan akupun tidak tahu kepada siapakah aku tanyakan tempat tinggalmu.
Jika engkau seorang malaikat, maka beritahulah kepada ku siapa nama mu. kalau engkau adalah rembulan maka katakanlah padaku dimana tempat tinggalmu. Sungguh tidak seorang pun pernah menjadi tawanan cinta seperti aku. Kedua tanganku tidak sanggup lagi memegang hatiku dan juga tidak tahu siapa pemilik hati ini.
Aku telah melihat bayang-bayangmu di malam itu, bayang-bayang yang telah mencuri ketenanganku hingga aku tidak pernah bisa terlelap dalam tidur malam. Bayang-bayangmu telah membuat darah jernih ini mengalir dari mata dan hatiku. Ragaku luluh, hatiku terombang ambing, terbakar api cintamu, tanpa dapat aku padamkan.
Semula aku adalah sekuntum mawar mekar yang segar menebar keharuman air keabadian. Tidak ada angin yang melancang menerpa tubuhku. Tidak pula duri yang menusuk telapak kakiku, tetapi , dirimu datang bukan untuk menerima penyerahan diriku kepadamu, tetapi untuk mencampakkan aku kedalam kehancuran dan menanamkan ribuan duri di dalam hatiku. Padahal engkau tahu bahwa tubuhku lebih lemah dari sekuntum mawar, tidak mungkin aku terus tidur diatas ranjang berduri seperti ini.
Demikianlah Zulaikha menghabiskan malam-malamnya sampai saat dini hari datang menjelang. Itulah pengaduan yang dihaturkan diatas talam airmata kepada bayang-bayang kekasihnya. Bila mentari siang datang menyapa, dengan segera dia menyeka airmatanya, demi menghindari prasangka buruk orang. Saat dia dapati kedua bibirnya basah oleh embun darah yang turun semalaman, maka dia menggosoknya dengan lidah yang mengering dan kaku seperti batu. Tetapi, diatas bantalnya dia menebarkan daun-daun mawar yang telah berembun untuk menyegarkannya, sebagaimana dia menyerahkan jiwanya yang telah disegarkan oleh impian akan sebuah ketenangan pohon cemara yang berwarna perak.
#Cinta kontroversial Yusuf dan Zulaikha.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar