Breaking

LightBlog

Minggu, 29 Mei 2016

WASIAT



Jika waktu ku telah tiba
Ikhlaskanlah aku pergi
Jangan pernah engkau tangisi, sebab waktu telah jeda untuk menyapa, bukan karena keegoisan, tapi itu titah Sang kuasa
Hapuslah butir-butir air mata yang berderai di pelupuk mata indah mu
Tersenyumlah, ku harap doa dari mu selalu, baik dalam diam, atau dalam menikmati sisa-sisa senja yang bercahaya di kota karang itu

Jika nanti aku hanya sekedar nama dalam percakapan sunyi mu
Jangan engkau cerca aku yang mungkin hidup malang melintang tanpa sepeser rupiah pun mewarnai hidup mu
Ambillah hikmah kebaikan yang pernah aku lakukan
Bawalah ke tempat sampah segala kesalahan ku
Bakarlah ia bersama ceceran-ceceran sampah di sudut deker itu yang telah usang penuh lumut-lumut berbusuk

Jika aku benar-benar telah pergi
Aku tak mau engkau menangis, dengan teriakan histeris yang biasa kau ratapi bila senja tak mengalunkan rindu di setiap petang itu
Jikalau engkau terus histeris pun tak mungkin aku hidup lagi
Iklaskan kepergian ini dengan penuh ketulusan mu
Lunasi hutangku di rumah bercat putih itu
Agar tidak terlalu berat aku memikul beban yang membumi
Sepeninggal ku, pada mu sajak
Ku titipkan orang-orang yang ku cintai
Hiburilah mereka di saat duka melanda hati
Dengan nyanyian-nyanyian puisi sketsa tujuh bidadari
Dalam catatan kecil kuyup basahmu

Padamu yang berduka
Resapilah nasehat kematian itu
Setiap insan pasti menuai takdir nya
Jika nanti takdir di tersingkap
Pastikan kita ketahui jauhnya perjalanan kita

Sampai jumpa di jannah Nya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar