“ Mereka itu adalah orang-orang yang telah
diberi nikmat oleh Alloh, yaitu para Nabi dari keturunan Adam, dan dari
orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan keturunan Ibrahim dan Israil, dan
dari orang yang Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan
ayat-ayat Alloh Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dan
menangis.' (QS Maryam: 58)
Menangis, sebuah aktifitas yang
pertama kali kita lakukan ketika kita dilahirkan --seiring dengan berpindahnya
kita dari alam kandungan ke alam dunia. Kita sudah tidak ingat lagi 'peristiwa
penting' itu. Sejak kecil tak terhitung sudah berapa kali kita manangis.
Menangis merupakan ungkapan kesedihan dan bisa pula sebaliknya, merupakan
ungkapan kebahagiaan.
Menangis adalah naluri, fitrah manusia
yang sekaligus nikmat dari Alloh SWT. Ada orang yang gampang sekali menangis.
Perasaannya sangat sensitif dengan keadaan sekitarnya. Menangis ketika harus
berpisah dengan orang yang dicintai, menangis ketika mendengar cerita atau
berita yang menyedihkan, menaggis tatkala melihat kesengsaraan hidup orang
lain. Sebaliknya, Ada orang yang air matanya susah keluar dari kelopak matanya.
Kalaupun harus bersedih karena ditinggal seorang yang ia cintai, tapi ia tidak
sampai menangis. Bukan karena tidak merasa kehilangan, tetapi karena ia memang
susah menangis. Hatinya tidak sepeka golongan sebelumnya. Adapula yang tidak
bisa menangis karena memang hatinya keras membaja walaupun ditimpa musibah
apapun.
Ketika persiapan perang Tabuk tengah
digelar, ada tangisan istimewa yang tidak lazim dari kebiasaan manusia pada
umumnya. Perang menghadapi tentara kuat Romawi yang berlangsung saat musim
panas ini memaksa setiap sahabat yang ikut untuk memiliki kendaraan
masing-masing. Sebab, jarak yang begitu jauh, untuk berjalan kaki rasanya tak
mungkin. Di antara kaum miskin yang tak punya tunggangan itulah muncul tangisan
sesal. Segolongan sahabat Rasul (menurut riwayat lain 7 golongan) pimpinan
Abdullah Al-muzani terpaksa kembali karena Rasulullah menyatakan tidak berhasil
membantu memberi mereka tunggangan. Alloh telah mengabadikan tangisan istimewa
itu dalam firmannya di Surah at-Taubah: 92:
'Dan tidak ada dosa atas orang-orang
yang datang kepadamu supaya kamu beri kendaraan lalu kamu berkata, 'Aku tidak
memperoleh kendaraan untuk membawa kamu.' Mereka kembali sedang mata mereka
melelehkan air mata karena kesedihan, karena mereka tidak memperoleh apa yang
mereka nafkahkan.' (QS at-Taubah: 92) (riwayat selengkapnya silahkan merujuk
pada Tafsir Ibnu Katsir II/402).
Tangis mereka ini tentu bukan
sembarang tangis. Ini tangisan langka. Di tengah banyaknya orang minta izin
tidak ikut berperang dengan berbagai alasan (QS At-taubah: 81), justru mereka
bersedih karena tidak bisa bergabung dengan pasukan Islam. Di saat banyak orang
takut mati (QS. Ali Imran: 167-168), mereka malah menyesal kehilangan
kesempatan untuk mati. Bagi mereka, perang memang bukan momok yang menyeramkan,
justru inilah cita-cita tertinggi mereka, syahid di jalan-Nya.
Tangisan iman tidak sama dengan
tangisan cengeng. Tangis iman itu terjadi ketika seorang hamba sangat
merindukan pertemuan dengan Alloh SWT, tangisan pada saat kehilangan kesempatan
menjalankan perintah agama. Sedangkan tangisan cengeng terjadi ketika seseorang
kehilangan harta yang dicintainya. Alloh amat menyukai jenis tangisan yang
pertama dan tidak terhadap yang kedua.
Selain tangis karena rindu, ada juga
tangis karena khusyu'nya hati dalam dzikir kepada Alloh. Tangis seperti ini
banyak dibahas dalam al-Qur'an maupun sunnah. Tangisan ini tentu saja tidak
bisa direkayasa, karena lahir dari pikiran yang bersih dan hati yang bening.
Kedudukannya sama dengan tangis iman di atas. Ketika menjelaskan orang-orang
yang mendapatkan kenikmatan besar dan menjadi orang-orang yang terpilih, Alloh
menyebut mereka sebagai orang yang senantiasa bersujud dan menangis.
Alloh berfirman, 'Mereka itu adalah
orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Alloh, yaitu para Nabi dari keturunan
Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dan keturunan Ibrahim
dan Israil, dan dari orang yang Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih.
Apabila dibacakan ayat-ayat Alloh Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka
menyungkur dan menangis.' (QS Maryam: 58).
'Dan mereka menyungkur atas muka
mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu'.'' (QS al-Israa: 109)
Ada pula tangis bahagia. Tangis
jenis ini lahir di saat suasana bahagia yang diselimuti rasa haru, ketika
berjumpa dengan orang-orang tercinta, berkumpul bersama keluarga dalam suasana
hari raya, ketika mendapatkan nikmat besar, kemenangan dalam suatu perjuangan
(baca: pertandingan), dan lain sebagainya.
Ada juga tangis ikut-ikutan, milik
orang yang hanya bisa menangis ketika orang-orang di sekelilingnya menangis. Ia
tidak bisa menangis ketika sendirian, melainkan ia bisa menangis kalau
bersamaan dengan suatu jamaah, di dalam sholat, istighatsah, muhasabah,
mendengarkan bersama tilawah, dsb. Terkadang ia tidak tahu maksud dan arti
bacaan sang imam, ia hanya terharu mendengar 'nada tinggi' sang imam dan
tangisan jamaah yang lain. Pada dasarnya ia menangisi (baca: menangis karena)
tetangganya.
Yang terakhir, ada tangisan palsu.
Ia mencucurkan air matanya bukan karena Alloh melainkan karena manusia, agar
mereka menyangka bahwa ia adalah orang yang khusyu' dalam sholat, tilawah dan
do'anya, orang yang mudah tergugah dengan ayat-ayat-Nya. Sungguh rugi orang
yang demikian, menyangka tangisannya berbuah surga, malah sebaliknya
mendapatkan murka. Para ustadz, huffadz, qari', imam sholat dan pemimpin
muhasabah adalah kelompok yang paling rawan dihinggapi penyakit ini jika tidak
berhati-hati.
Setiap malam Jum'at kita sering
menyaksikan diri dan sahabat-sahabat sekeliling kita menangis ketika
dilangsungkan tadabbur ayat, muhasabah atau qiyamul-lail. Hampir semua yang
hadir menangis baik dengan hanya sedikit mengeluarkan air mata, tersedu-sedu
hingga isakan yang teramat keras. Maka, sebuah pertanyaan penting yang harus
kita jawab dengan jujur, termasuk jenis yang manakah tangisan kita itu? Wallohu
a'lam
Penilaian
nuryati yati: yati_yati17@yahoo.com
Assalamu'alaikum, menangis adalah
suatu kenikmatan yang sangat2 berharga yang diberikan Alloh kepada umatnya,
karena dengan menangis kita bisa menumpahkan segala gejolak hati baik itu duka
maupun suka akan kejadian yang kita alami di dalam hidup, namun jangan sampai
dengan menangis akan membuat kita makin jauh kepada sang Maha Kuasa dan membuat
kita makin tidak mensykuri akan nikmat yang diberikan tapi justru makin kita
sadar akan kebesaran-Nya yang tetap kita diberinya cobaan baik itu manis
ataupun cobaan pahit,semoga kita masih tetap bisa menangis untuk tetap dekat
kepada Alloh SWT.amin.wassalam!!!
Penulis:
Mustofa
sumber :
alhikmah.com [9.07.2004]


Tidak ada komentar:
Posting Komentar